Duck hunt

Sebuah artikel yang
saya kagumii,
Subhanallah isinya
benar-benar
mengharukan, jarang
ada lelaki seperti ini
dan kisah ini benar
akan banyak terjadi di
dalam kehidupan
nyata, dan tinggal diri
kita yang harus
mempersiapkan diri
menghadapi kondisi
seperti ini … Ingatlah
satu hal bahwa
kecantikan raga itu
tidaklah akan abadi
namun kecantikan
hati itulah yang akan
haqiqi, rumah tangga
tidak dibangun atas
dasar nafsu namun
atas dasar ketakwaan
dan keikhlasan kepada
Allah SWT, siapakah
yang lebih mengetahui
kebaikan bagi diri kita
melainkan Allah SWT ?
SIMAK KISAH INI....
Hari pernikahanku.
Hari yang paling
bersejarah dalam
hidup. Seharusnya saat
itu aku menjadi
makhluk yang paling
berbahagia. Tapi yang
aku rasakan justru
rasa haru biru.
Betapa tidak. Di hari
bersejarah ini tak ada
satupun sanak saudara
yang menemaniku ke
tempat mempelai
wanita. Apalagi ibu.
Beliau yang paling
keras menentang
perkawinanku.
Masih kuingat betul
perkataan ibu tempo
hari, "Jadi juga kau
nikah sama 'buntelan
karung hitam'
itu ....?!?" Duh......,
hatiku sempat kebat-
kebit mendengar
ucapan itu. Masa
calon istriku disebut
'buntelan karung
hitam'.
"Kamu sudah kena
pelet barangkali
Yanto. Masa suka sih
sama gadis hitam,
gendut dengan wajah
yang sama sekali tak
menarik dan cacat
kakinya. Lebih tua
beberapa tahun lagi
dibanding kamu !!"
sambung ibu lagi.
"Cukup Bu! Cukup! Tak
usah ibu menghina
sekasar itu. Dia kan
ciptaan Allah.
Bagaimana jika
pencipta-Nya marah
sama ibu...?" Kali ini
aku terpaksa
menimpali ucapan ibu
dengan sedikit emosi.
Rupanya ibu amat
tersinggung
mendengar ucapanku.
"Oh.... rupanya kau
lebih memillih
perempuan itu
ketimbang
keluargamu. baiklah
Yanto. Silahkan kau
menikah tapi jangan
harap kau akan
dapatkan seorang dari
kami ada di tempatmu
saat itu. Dan jangan
kau bawa perempuan
itu ke rumah ini !!"
DEGG !!!!
"Yanto.... jangan
bengong terus.
Sebentar lagi
penghulu tiba,"
teguran Ismail
membuyarkan
lamunanku. Segera
kuucapkan istighfar
dalam hati.
"Alhamdulillah
penghulu sudah tiba.
Bersiaplah ...akhi,"
sekali lagi Ismail
memberi semangat
padaku.
"Aku terima nikahnya,
kawinnya Shalihah
binti Mahmud
almarhum dengan mas
kawin seperangkat
alat sholat tunai !"
Alhamdulillah lancar
juga aku
mengucapkan aqad
nikah.
"Ya Allah hari ini telah
Engkau izinkan aku
untuk meraih
setengah dien.
Mudahkanlah aku
untuk meraih sebagian
yang lain."
Dikamar yang amat
sederhana. Di atas
dipan kayu ini aku
tertegun lama.
Memandangi istriku
yang tengah
tertunduk larut dalam
dan diam. Setelah
sekian lama kami
saling diam, akhirnya
dengan membaca
basmalah dalam hati
kuberanikan diri untuk
menyapanya.
"Assalamu'alaikum ....
permintaan hafalan
Qur'annya mau di cek
kapan De'...?" tanyaku
sambil memandangi
wajahnya yang sejak
tadi disembunyikan
dalam tunduknya.
Sebelum menikah,
istriku memang
pernah meminta
malam pertama
hingga ke sepuluh
agar aku membacakan
hafalan Qur'an tiap
malam satu juz. Dan
permintaan itu telah
aku setujui.
"Nanti saja dalam
qiyamullail," jawab
istriku, masih dalam
tunduknya. Wajahnya
yang berbalut
kerudung putih, ia
sembunyikan dalam-
dalam. Saat kuangkat
dagunya, ia seperti
ingin menolak. Namun
ketika aku beri isyarat
bahwa aku suaminya
dan berhak untuk
melakukan itu , ia
menyerah.
Kini aku tertegun
lama. Benar kata
ibu ..bahwa wajah
istriku 'tidak menarik'.
Sekelebat pikiran itu
muncul ....dan segera
aku mengusirnya.
Matanya berkaca-
kaca menatap lekat
pada bola mataku.
"Bang, sudah saya
katakan sejak awal
ta'aruf, bahwa fisik
saya seperti ini. Kalau
Abang kecewa, saya
siap dan ikhlas. Namun
bila Abang tidak
menyesal beristrikan
saya, mudah-mudahan
Allah memberikan
keberkahan yang
banyak untuk Abang.
Seperti keberkahan
yang Allah limpahkan
kepada Ayahnya Imam
malik yang ikhlas
menerima sesuatu
yang tidak ia sukai
pada istrinya. Saya
ingin mengingatkan
Abang akan firman
Allah yang dibacakan
ibunya Imam Malik
pada suaminya pada
malam pertama
pernikahan
mereka," ... Dan
bergaullah dengan
mereka (istrimu)
dengat patut (ahsan).
Kemudian bila kamu
tidak menyukai
mereka, (maka
bersabarlah) karena
mungkin kamu tidak
menyukai sesuatu,
padahal Allah
menjanjikan padanya
kebaikan yang
banyak."(QS An-
Nisa:19)
Mendengar tutur
istriku, kupandangi
wajahnya yang penuh
dengan air mata itu
lekat-lekat. Aku
teringat kisah suami
yang rela menikahi
seorang wanita yang
memiliki cacat itu.
Dari rahim wanita
itulah lahir Imam
Malik, ulama besar
ummat Islam yang
namanya abadi dalam
sejarah.
"Ya Rabbi aku
menikahinya karena
Mu. Maka turunkanlah
rasa cinta dan kasih
sayang milikMu pada
hatiku untuknya. Agar
aku dapat mencintai
dan menyayanginya
dengan segenap hati
yang ikhlas."
Pelan kudekati istriku.
Lalu dengan bergetar,
kurengkuh tubuhnya
dalam dekapku.
Sementara, istriku
menangis tergugu
dalam wajah yang
masih menyisakan
segumpal ragu.
"Jangan memaksakan
diri untuk ikhlas
menerima saya, Bang.
Sungguh... saya siap
menerima keputusan
apapun yang
terburuk," ucapnya
lagi.
"Tidak...De'. Sungguh
sejak awal niat Abang
menikahimu karena
Allah. Sudah teramat
bulat niat itu. Hingga
Abang tidak
menghiraukan ketika
seluruh keluarga
memboikot untuk tak
datang tadi pagi,"
paparku sambil
menggenggam erat
tangannya.
Malam telah naik ke
puncaknya pelan-
pelan. Dalam
lengangnya bait-bait
do'a kubentangkan
pada Nya.
"Robbi, tak dapat
kupungkiri bahwa
kecantikan wanita
dapat mendatangkan
cinta buat laki-laki.
Namun telah kutepis
memilih istri karena
rupa yang cantik
karena aku ingin
mendapatkan cinta-
Mu. Robbi saksikanlah
malam ini akan
kubuktikan bahwa
cinta sejatiku hanya
akan kupasrahkan
pada-Mu. Karena itu,
pertemukanlah aku
dengan-Mu dalam
Jannah-Mu !"
Aku beringsut menuju
pembaringan yang
amat sederhana itu.
Lalu kutatap raut
wajah istriku denan
segenap hati yang
ikhlas. Ah, .. sekarang
aku benar-benar
mencintainya. Kenapa
tidak? Bukankah ia
wanita sholihah sejati.
Ia senantiasa
menegakkan malam-
malamnya dengan
munajat panjang
pada-Nya. Ia
senantiasa menjaga
hafalan KitabNya. Dan
senantiasa
melaksanakan shoum
sunnah Rasul Nya.
"...dan diantara
manusia ada orang-
orang yang
menyembah
tandingan-tandingan
selain Allah. Mereka
mencintainya
sebagaimana mereka
mencintai Allah.
Adapun orang-orang
yang beriman amat
sangat cintanya pada
Allah ..." (QS. al-
Baqarah:165)